Hari ini, kita sudah memasuki bulan Rabiul Awal. Ada apa di bulan Rabiul Awal..??? Ya, tanggal 12 Rabiul Awal merupakan hari kelahiran junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW. Lalu sudahkah kita melaksanakan dengan benar ajarannya dan menjauhi apa yang yang dilarangnya? Diri kita sendirilah yang bisa menjawab pertanyaan ini.
Sekarang bayangkan apabila Nabi Muhammad SAW dengan seijin Allah SWT tiba-tiba muncul dan mengetuk pintu rumah kita. Beliau datang dengan tersenyum dan muka bersih di muka pintu rumah kita. Apa yang akan kita lakukan?
Seharusnya kita akan sangat berbahagia, memeluk beliau erat-erat dan lantas tak ragu dengan segera mempersilakan beliau masuk ke ruang tamu kita. Kemudian kita tentunya akan merayu dan merajuk meminta dengan sangat agar Rasulullah SAW sudi menginap beberapa hari di rumah kita. Beliau tentu tersenyum .....
Tapi apa yang terjadi, mungkin kita meminta pula Rasulullah SAW menunggu sebentar di depan pintu karena kita teringat pada video CD rated R18+ yang ada di ruang tengah dan kita akan dengan tergesa-gesa memindahkan terlebih dahulu video tersebut ke dalam. Beliau tentu tetap tersenyum ......
Atau barangkali kita teringat akan lukisan wanita setengah telanjang yang kita pajang di ruang tamu kita, sehingga kita terpaksa memindahkannya ke belakang secara tergesa-gesa. Dan jika ada kita akan memindahkan lafadz Allah dan Muhammad yang ada di sudut ruang samping untuk meletakkannya di ruang tamu. Beliau tentu masih juga tersenyum .....
Bagaimana bila kemudian Rasulullah SAW bersedia menginap di rumah kita? Barangkali kita teringat bahwa anak kita lebih hapal lagu-lagu barat daripada Sholawat kepada Rasulullah SAW. Barangkali kita menjadi malu bahwa anak-anak kita tidak mengetahui sedikitpun sejarah Rasulullah SAW karena kita lupa dan lalai mengajari anak-anak kita. Beliau tentu masih juga tersenyum.
Barangkali kita menjadi malu bahwa anak kita tidak mengetahui satupun nama keluarga Rasulullah dan sahabatnya tetapi hapal di luar kepala mengenai anggota Power Rangers atau nama-nama para artis pemain Opera Van Java. Barangkali kita terpaksa harus menyulap satu kamar menjadi ruang Shalat. Barangkali kita teringat bahwa perempuan di rumah kita tidak memiliki koleksi pakaian yang pantas untuk berhadapan kepada Rasulullah SAW. Beliau tentu tersenyum .......
Belum lagi koleksi buku-buku kita dan anak-anak kita. Belum lagi koleksi kaset kita dan anak-anak kita. Belum lagi koleksi karaoke kita dan anak-anak kita. Kemana kita harus menyingkirkan semua koleksi tersebut demi menghormati junjungan kita ? Barangkali kita menjadi malu diketahui junjungan kita bahwa kita tidak pernah ke masjid meskipun adzan berbunyi. Beliau tentu tetap tersenyum .....
Barangkali kita juga akan tersipu-sipu malu karena pada saat maghrib keluarga kita malah sibuk di depan TV melihat acara Take Me/Him Out atau Termehek-mehek. Barangkali kita juga menjadi malu karena kita menghabiskan hampir seluruh waktu kita untuk mencari kesenangan duniawi. Barangkali kita menjadi malu karena keluarga kita tidak pernah menjalankan sholat sunnah. Barangkali kita menjadi malu karena keluarga kita sangat jarang membaca kitab AlQuran. Barangkali kita menjadi malu bahwa kita tidak mengenal tetangga-tetangga kita. Beliau masih juga tersenyum ......
Barangkali kita menjadi malu saat kita tak bisa menjawab tatkala Rasulullah SAW menanyakan kepada kita siapa nama tukang sampah yang setiap hari selalu lewat di depan rumah kita. Barangkali kita menjadi malu saat Rasulullah SAW bertanya tentang siapa nama dan dimana alamat tukang penjaga masjid di kampung kita, dan kita tak tahu. Tetapi senyum Beliau masih ada di situ ......
Sekali lagi coba bayangkan, apabila Rasulullah SAW tiba-tiba muncul di depan pintu rumah kita... Apa yang akan kita lakukan? Masihkah kita memeluk junjungan kita dan mempersilakan Beliau masuk dan merayu Rasulullah untuk menginap di rumah kita? Ataukah akhirnya dengan berat hati, kita akan menerima Beliau hanya di teras rumah kita, menolak beliau menginap di rumah kita karena hal itu akan sangat membuat kita sangat repot dan malu. Maafkan kami ya Rasulullah.........
Masihkah beliau tersenyum ? Tentu Beliau masih tersenyum, senyum pilu, senyum sedih dan senyum getir. Oh betapa memalukannya kehidupan kita saat ini di mata Rasulullah...