.

.
.

Senin, 14 Juni 2010

Sudah Luna... Maya Pula...


“Video mesum seperti yang mirip Ariel-Luna-Cut Tari ini membawa dampak luas, membuat dosa kolektif bagi banyak orang.”
Semua pasti tahu, selain World Cup 2010 atau Piala Dunia yang diselenggarakan di Afrika Selatan, topik yang sedang ramai-ramainya dibahas sekarang adalah gosip video porno yang dinisbatkan ke beberapa artis terkenal. Terlepas dari benar tidaknya kabar itu, sebenarnya secara tak sadar kita yang ikut-ikutan membahas dan meributkan hal itu, telah terlibat dan tercebur dalam satu kesalahan besar yaitu kita terlibat membicarakan aib orang lain (ghibah).  

Ghibah adalah suatu perbuatan yang masuk kategori dosa besar, yang oleh Nabi dideskripsikan layaknya memakan bangkai. Malah oleh Al-Qur'an, pelaku ghibah disamakan dengan kanibal. Itu juga jika memang kabar itu benar, jika salah, maka masuk kategori "Buhtan" yang tak bisa digambarkan lagi kayak apa besar dosanya. Malah, Jika kita melihat dari perspektif yurispridensi Islam, salah-salah yang kita lakukan ini, bisa masuk hukum Qodhf (menuduh orang berbuat zina). Lho kok bisa? Kan di videonya emang dia sama dia kok.

Oke, silakan membela diri, dan itu hak kita. Namun, apakah ada pihak yang bisa menghadirkan empat saksi yang memastikan bahwa pelaku adegan tak patut itu adalah mereka yang bersangkutan? Sebab menuduh seseorang melakukan zina tanpa ada saksi minimal 4 orang, adalah masuk kategori qodhf, begitu pula yang ikut-ikutan membahasnya, dosanya juga ikut kebagian.

Kan ada rekamannya? Dalam hukum Islam, rekaman tak bisa digunakan sebagai bukti. Sebab bisa direkayasa, dan dalam teknologi ini bukan hal yang mustahil, meski para ahlinya menyatakan itu memang mereka.

Catatan sederhana sebelum melanjutkan topik.  Apabila ada orang kepergok gituan, yang mempergoki hanya tiga orang saja, itu tak cukup untuk menyeretnya ke hukuman zina, apalagi jika ini tak ada saksi sama sekali? Lha mereka kan diam saja, berarti mengakui. Tak selamanya kaidah "assukut yadullu alal muwafaqoh" atau diam pertanda setuju, adalah selalu bisa digunakan.  Kaidah ini seperti kaidah-kaidah fiqih lainnya, melihat situasi dan juga kondisional.

Ini jika kita bicara hukum dalam Fiqh. Jika memang benar mereka, itu urusan dia dengan Allah Ta'ala. Sebab yang dia langgar, adalah hak IIlahi, bukan hak adami. Kita tak ada hak ikut-ikutan mencelanya. Bukankah Nabi telah mengarahkan kita untuk tidak mencela saudara muslim sendiri yang sedang diuji tercebur dosa? Bahkan beliau memberikan ancaman, kalau sampai mengoloknya, maka pengolok itu tak akan mati kecuali melakukan hal yang sama! Na'udzu billah. Dan jika kabar itu bohong, alangkah lebih besar lagi dosa kita? Sementara menuduh orang melakukan zina, dan dia tidak melakukannya adalah termasuk satu dari tujuh dosa besar yang menghancurkan semua amal pelakunya.

Kan ini ‘ga ngegosip, tapi menjadikannya ibroh, pelajaran?

Apa? Ibroh, tapi sambil mencibir? Jangan termakan taktik langkah tipuan syetan. Kriteria menjadikan sebuah cerita sebagai ibroh adalah dengan menetralkan hati tak ada perasaan apapun. Sementara kebanyakan kita, masih mudah termakan hal-hal yang memang enak digunjingkan itu. Catatan ini sekali lagi tidak membela artis. Seorang artis, apapun keadaan mereka, semua sudah pada tahu kayak apa dunia mereka, tak perlu dirahasiakan. Artis wa maa adrooka maa artis. Tetapi ada baiknya kita tak usah melibatkan diri ikut-ikutan membahas hal seperti ini.

Tak mengherankan bila beberapa waktu lalu Ulama kita sempat ada yang memfatwakan infotainment haram, ya sebab hal seperti ini. Mereka menginginkan keselamatan kita, sebab kita kerap tak sadar kalau kita sering melakukan dosa besar. Bencana dan krisis yang terus menerus menimpa bangsa ini adalah salah satunya sebab banyaknya dosa besar yang dilakukan, tetapi pelakunya tak sadar kalau dia melakukan !

Dalam deskripsi hadits yang lain, Nabi S.a.w menjelaskan, bahwa di antara bagusnya keislaman seseorang, adalah dengan meninggalkan hal yang tak jadi urusan dia. Apakah berita artis yang sedang tertimpa musibah itu begitu urgennya bagi kita? Sehingga kita ikut-ikutan membahas?


Artikel menarik lainya:

Tidak ada komentar: